Rabu, 21 Agustus 2013

[ Tugas Kelompok ] Pola Pikir K3 : Kritis, Kreatif, Konstruktif

Rabu, 21 Agustus 2013

Hari yang cerah dengan angin sepoi-sepoi bertiup sesekali. Kelompok 112 pun kembali berkumpul pada pukul 15.30 (estimasi) - dengan gedung TVST menjadi saksinya. Setelah kembali mengakrabkan diri selama beberapa saat, ketiga taplok pun mengiringi perpindahan kami menuju base camp. Memang, kegiatan OSKM hari ini terasa sedikit berbeda - tak lain karena setiap kelompok diharuskan untuk berkumpul di base camp masing-masing. Base camp kami sendiri tepatnya berada di Jl. Imam Bonjol No. 35 - sebuah tempat kos yang garasinya kami gunakan untuk tempat kami menerima materi yang disampaikan oleh para taplok dari kelompok kami.

Kami memulai pertemuan ini dengan games pencair kebekuan terlebih dahulu. Games tersebut berupa tebak-tebakan yang membuat kami penasaran. Beberapa dari kami pun sampai akhir tidak bisa menjawab tebak-tebakan itu. Setelah selesai bermain, kami disuguhi materi yaitu Pola Pikir K3 yang bertujuan untuk mencari solusi dari berbagai masalah yang akan kami hadapi nantinya. K3 sendiri merupakan singkatan dari Kritis, Kreatif, dan Konstruktif. Kami pun diberikan penjabaran tentang arti dari tiap-tiap kata tersebut.

Kata pertama - kritis - adalah sebuah sifat tidak mudah percaya yang akan selalu berusaha menemukan kekeliruan dengan analisa yang tajam. Kata kedua - kreatif - berarti sifat memiliki daya pikir untuk menemukan sesuatu yang baru. Terakhir, kata ketiga yang merupakan K terakhir dari K3 - konstruktif - berarti suatu solusi yang bersifat membangun.

Setelah materi tadi selesai, kami diberikan sebuah studi kasus yaitu dengan menganalisa masalah dalam sebuah foto. Sebelum menganalisa, kami dibagi terlebih dahulu menjadi 4 buah kelompok sehingga terdapat total 4 kasus. Kami diharuskan untuk mencari masalah dalam foto tersebut dari segi PESTEL (politic, economic, social, technology, environment, legal). Sebagai tambahan, foto yang harus dianalisis oleh setiap kelompok dipilih secara random dari 15 foto yang tersedia.

Pengacakan sendiri memberikan hasil sebagai berikut:

♥ Kelompok I mendapatkan foto murid-murid SD yang sedang menempuh pendidikan di sekolah yang sangat tidak layak pakai;

♥ Kelompok II mendapatkan foto kali yang dipenuhi sampah;

♥ Kelompok III mendapatkan foto lanskap Bundaran HI di Jakarta yang mengalami kebanjiran awal 2013 lalu; dan

♥ Kelompok IV mendapatkan foto seorang tunawismsa remaja yang sedang tertidur pulas di trotoar jalanan.

Setelah menganalisis masalah, kami juga diharuskan untuk mencari 4 kuadran solusi (dijelaskan di bawah). Selain itu, para mahsiswa diharuskan untuk memvisualisasikan solusi yang menurut mereka paling efektif di atas kertas. Mengingat sempitnya waktu, gambar tak harus dibuat mendetail - representatif pun sudah lebih dari cukup. Berikut adalah gambar yang diberikan oleh setiap kelompok, beserta penjelasan dan rangkuman hasil diskusi tiap-tiap kelompok:

(Klik pada thumbnail untuk melihat gambar bersangkutan dengan ukuran yang lebih besar)



Kelompok I, yang mengambil topik seputar dunia pendidikan, sangat menyayangkan kelayakan fasilitas pendidikan yang ditampilkan pada foto terkait. Mereka menyoroti masalah dana BOS yang selama ini dirasa masih kurang tepat sasaran dan distribusi dana yang dirasa kurang merata, terutama untuk sekolah-sekolah di daerah tertinggal. Kelompok ini juga turut menyinggung soal UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 tentang Pendidikan, yang tentunya masih relevan terhadap topik.

Gambar di atas adalah sebuah representasi dari gagasan yang dilontarkan oleh Kelompok I : Penghapusan UN. Mengapa penghapusan UN? Topik yang dulu pernah marak beredar ini diungkit karena besarnya biaya yang dianggarkan untuk pelaksanaan UN, yang menurut mereka lebih baik apabila dianggarkan kepada sekolah-sekolah di daerah tertinggal atau fasilitas-fasilitas lainnya yang dirasa penting. Sekarang UN bukanlah satu-satunya faktor penentu kelulusan (nilai rapor dan UAS juga berperan) - ini memang langkah positif, ya, namun guru-guru sekolah dan orang tua tetap dirasa yang paling mengerti proses seorang murid selama pembelajaran.



Kelompok II, yang bertemakan kali yang tercemar sampah, mengambil intisari bahwa sampah yang menumpuk tersebut merupakan akumulasi dari sikap warga yang suka membuang sampah sembarangan, rumah semipermanen di bantaran kali, dan kurangnya perhatian pemerintah. Berbagai solusi dilontarkan, mulai dari pengosongan sungai untuk dibersihkan hingga penggusuran rumah-rumah semipermanen yang menghiasi tepian kali.

Solusi paling kentara dari kelompok ini adalah untuk memanfaatkan sampah-sampah tersebut menjadi sesuatu yang berguna. Terlihat dalam gambar di atas truk-truk pengangkut sampah mengangkut sampah-sampah yang dapat digunakan ke sebuah pabrik, untuk kemudian diolah menjadi tenaga listrik. Pembangkit listrik yang bersumber dari sampah pada dasarnya bukanlah sebuah inovasi baru, namun implementasinya masih sangat minimal di Indonesia.



Kelompok III, yang mengulas seputar banjir, menemukan sebuah masalah terkait banjir yaitu dapat terganggunya aktivitas masyarakat sekitar yang menimbulkan kerugian ekonomi bagi pemilik bangunan di sekitar bundaran HI. Buruknya draniase atau penyerapan juga menjadi masalah karena akibat banyaknya gedung-gedung tinggi menyebabkan kurangnya populasi pohon di daerah itu. Banjir juga membuat penyebaran penyakit meluas. Dari berbagai masalah di atas, kelompok 3 mencari solusi sesuai dengan kriteria yang diberikan oleh kakak-kakak taplok.

Solusi pertama yaitu dengan menggusur gedung-gedung sekitar untuk ditanami berbagai pohon sehingga meningkatkan penyerapan. Solusi kedua dari kelompok 3 adalah dengan menegakkan peraturan untuk membuang sampah pada tempatnya, sehingga sampah-sampah tidak menyumbat gorong-gorong dan selokan. Sedangkan solusi ketiga yaitu dengan memperbesar gorong-gorong agar volume air yang dapat mengalir dalam gorong-gorong lebih banyak dari sebelumnya

Solusi kuadran empat yang mereka tawarkan adalah membangun sebuah smart tunnel yang dapat dilewati sebagai terowongan bagi mobil-mobil pada saat cerah, tetapi dapat pula digunakan sebagai saluran air pada saat hujan. Gambar di atas adalah sebuah sketsa kilat mengenai smart tunnel bersangkutan, bagaimana mobil lalu-lalang saat cuaca normal, dan bagaimana smart tunnel bertransformasi menjadi sebuah saluran air ketika banjir.



Kelompok IV, yang mengusung topik tunawisma, bermufakat bahwa pangkal permasalahannya adalah kurangnya sokongan masyarakat dan pemerintah mengenai para tunawisma dan kurangnya keahlian yang dapat digunakan untuk mencari nafkah. Solusi yang ditawarkan kelompok ini antara lain sumbangan sukarela warga/mahasiswa bagi para tunawisma, relokasi tunawisma, dan menggalakkan program BLT dan Wajib Belajar 9 Tahun bagi para tunawisma remaja. Selain itu, terlontar pula beberapa solusi 'ekstrem', semisal manipulasi iklim Indonesia agar menjadi bersalju, sehingga para tunawisma tak lagi dapat memanfaatkan trotoar untuk tempat bernaung.

Solusi andalan yang dilontarkan oleh kelompok ini menyasar pada pengembangan keahlian personal - karena dengan keahlianlah, baik soft skill maupun hard skill, jumlah pengangguran (dan lebih spesifiknya tunawisma dan mereka yang tidak bersekolah karena mencari nafkah) dapat ditekan. Kelompok ini sangat menghimbau bagi putra-putri bangsa yang sedang menimba ilmu di luar, atau yang telah bergelar dan memutuskan untuk menetap di luar negeri, untuk kembali ke tanah air dan mengabdi di dunia didaktika atau membuka lapangan kerja baru.

Tergambar di atas dua negara (Perancis dan Jepang) yang secara simbolis menggambarkan dunia internasional. Pesawat berdestinasi Indonesia menggambarkan kepulangan ke tanah air, dan gedung bertingkat melambangkan lapangan kerja baru yang dibuka - yang berdampak pada semakin luasnya peluang karir. Sebuah kalimat bijak menyimpulkan gambar yang bersangkutan - "Give a man a fish, and you'll feed him for a day. Teach a man how to fish, and you'll feed him for a lifetime".

- Kontributor : Zakaria S. Laksmana, Zaenab R., T. Revie Marthensa, Kevin Wibowo, Jaya Y. | 112 -

--------------------------------------------

Tambahan : Berikut ini adalah solusi per kuadran yang diberikan oleh setiap kelompok, dengan keterangan:

♥ Kuadran I berisikan solusi yang belum pernah dilakukan dan tidak feasible (kuadran imajinatif);

♥ Kuadran II berisikan solusi yang sudah ada, namun dirasa tidak efektif dan efisien;

♥ Kuadran III berisikan solusi yang sudah ada, namun dirasa perlu dimodifikasi lebih lanjut;

♥ Kuadran IV berisikan solusi yang belum pernah dilakukan dan dirasa efektif, efisien, dan feasible.

--------------------------------------------

♥ Kelompok I

Solusi Kuadran I : Pencanangan 'Pulau Pendidikan' (sebuah pulau yang dikhususkan untuk pendidikan dan dapat menampung siswa-siswi dari seluruh Indonesia, bahkan dunia) - pulau ini sudah dilengkapi dengan sarana pendidikan yang sangat layak. Seluruh anak-anak Indonesia yang berada dalam usia sekolah harus dikirimkan ke pulau ini supaya bisa mengenyam pendidikan di sana. Tujuannya supaya semua anak Indonesia memperoleh pendidikan yang sama dan layak dan dana pendidikan bisa disalurkan dengan baik tanpa adanya banyak campur tangan dari banyak pihak yang mungkin bisa melakukan tindakan korupsi.

Solusi Kuadran II : Kebijakan sekolah gratis yang tidak tepat sasaran. Banyak siswa-siswa di Indonesia yang keluarganya mampu membiayai sekolah anaknya namun mendapatkan fasilitas sekolah gratis, sedangkan di daerah pedalaman masih banyak fasilitas-fasilitas sekolah yang tidak layak untuk dijadikan tempat pendidikan bagi siswa-siswa Indonesia.

Solusi Kuadran III : Penggalakan transparansi dalam penyaluran anggaran pendidikan, karena saat ini anggaran pendidikan dirasa kurang karena anggaran yang seharusnya disalurkan untuk pendidikan malah “habis di tengah jalan”. Pemerintah bisa meningkatkan transparansi tentang anggaran pendidikan melalui media massa, melalui sosialisasi kepada masyarakat hingga seluruh masyarakat dari segala lapisan mengerti tentang anggaran itu, sehingga seluruh masyarakat dapat memantau proses penyaluran dana pendidikan.

Solusi Kuadran IV : Penghapusan Ujian Nasional dan pengalihfungsian dana yang digunakan untuk Ujian Nasional kepada pembangungan sekolah di daerah tertinggal

♥ Kelompok II

Solusi Kuadran I : Penggusuran secara massal dan mengembalikan orang-orang yang tinggal di bantaran sungai ke daerah asalnya (reurbanisasi), dengan catatan apabila mereka tidak memiliki kampung halaman maka akan dipenjara

Solusi Kuadran II : Pencanangan program kali bersih (prokasih) - sejauh ini memang sudah ada, namun hanya dilakukan di sebagian sungai-sungai di Indonesia dan ini dirasa kurang efektif dan efisien jika tidak ada ketegasan dari pemerintah untuk melaksanakannya

Solusi Kuadran III : Penegasan program kali bersih yang telah ada, diiringi oleh perubahan pola pikir masyarakat dengan membuat Perda tentang hunian liar serta merelokasi semua warga yang ada di bantaran

Solusi Kuadran IV : Daur ulang sampah skala besar menjadi energi terbarukan (karena sampah akan selalu ada dalam jumlah besar setiap harinya) serta pembukaan lapangan kerja secara merata di desa dan kota agar laju urbanisasi berkurang

♥ Kelompok III

Solusi Kuadran I : Penggusuran gedung-gedung bertingkat di sekitar Bundaran HI untuk ditanami tanaman hijau sebanyak-banyaknya

Solusi Kuadran II : Rambu-rambu 'Buanglah Sampah Pada Tempatnya'

Solusi Kuadran III : Perbesaran gorong-gorong air

Solusi Kuadran IV : Pembangunan smart tunnel yang berfungsi sebagai jalan raya pada kondisi normal dan bertransformasi menjadi saluran air pada keadaan banjir

♥ Kelompok IV

Solusi Kuadran I : Sumbangan sebesar Rp50.000,- per warga yang mampu, manipulasi iklim Indonesia menjadi sub-tropis/iklim kutub agar para tunawisma tak lagi dapat memanfaatkan trotoar apabila turun salju

Solusi Kuadran II : Program BLT (dirasa kurang efektif karena kurang akurat dalam persebarannya), Program Wajib Belajar 9 Tahun (dalam kenyataannya angka putus sekolah masih memprihatinkan), Relokasi tunawisma (kurang efektif karena kurang kooperatifnya beberapa tunawisma dalam proses relokasi)

Solusi Kuadran III : Pemberian pembekalan keahlian secara personal, serta lebih cermat dalam mengambil warga-warga yang butuh keahlian (talent scouting)

Solusi Kuadran IV : Pembuatan suatu Undang-Undang/himbauan dari pemerintah bagi putra-putri bangsa yang berpendidikan tinggi di luar negeri untuk mengabdi kepada tanah air, membuka lapangan kerja baru dan membuka pelatihan keahlian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar